Langsung ke konten utama

PERCOBAAN ANALISA BENTUK AGREGAT

ANALISA BENTUK AGREGAT
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui bentuk agregat dan juga untuk mengetahui presentase julah agregat yang pipih dan yang lonjong dari suatu sampel agregat, seperti yang tercantum dalam British Standard Institution, BSI (1975) yang membagi agregat dalam enam kategori yaitu : bulan (rounded), tidak beraturan (irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (alongated), pipih dan lonjong (flaky and alongated). Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari diameter rata-rata. Sedangkan agragat lonjong jika ukuran panjangnya lebih panjang minimal 180% diameter rata-rata. Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, agregat yang diuji adalah agregat yang diambil dari Agregate Crushing Plant (ACP). Umumnya agregat yang dihasilkan dari Agregate Crushing Plant (ACP) memiliki bentuk bersudut. Bentuk pipih atau lonjong dapat terjadi karena komposisi atau struktur batuan. Pada penghancuran batuan yang sangat keras dan getas akan terjadi akan terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar. Tetapi pada proses crushing selanjutnya akan didapat proporsi bentuk bersudut yang lebih banyak.

Bentuk agregat ipih atau lonjong tidak disukai dalam struktur perkerasan jalan, karena sifatnya yang mudah patah sehingga mempengaruhi gradasi agregat, interlocking, dan menyebabkan peningkatan porositas perkerasan yang tidak beraspal. Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu maksimal 25 %. Tetapi penggunaannya dibatasi hanya untuk kelas jalan yang rendah.

Bentuk agregat bulat pun tidak disukai, tetapi untuk kondisi perkerasan tertentu, misalnya kelas jalan rendah, bentuk bulat masih diperbolehkan sebatas penggunaannya untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan  pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi adalah 40 %, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih besar lagi. Pada penggunaan di lapangan di lapangan agregat bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan setelah sebelumnya dipecahkan terlebih dahulu.

Tabulasi batas maksimal penggunaan agregat yang pipih dan lonjong adalah sebagai berikut :
  • Kepipihan : batas maksimal 25%
  • Kelonjongan : batas maksimal 40%
Jika memenuhi batas maksimal di atas, maka komposisi agregatnya cocok untuk digunakan lapis perkerasan atas atau bawah. Jika mengunakan agregat pipih maka akan mudah patah. Dalam pengerjaannya, jika disusun agregat pipih dengan rapi, maka akan menghabiskan banyak waktu dan kesulitas dalam menata. Sedangkan jika digunakan agregat yang lonjong, maka akan terdapat banyak udara yang mengisi rongga-rongga diantara agregat-agregat tersebut.

Agregat yang cocok untuk lapis perkerasan adalah dengan bentuk sircular atau rectangular. Dengan artian bahwa jika suatu agregat disusun dan terdapat rongga diantara susunannya, maka dapat saling terisi oleh agregat lain yang ukurannya lebih kecil.
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada suatu gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji keseragaman agregat pada suatu proyek, agar memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
Ada 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :
1.      Butiran agregat berbentuk lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
2.      Butiran agregat berbentuk pipih
Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari nilai yang ditntukan dalam spesifikasi.
3.      Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :
1.      Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu pokok. Butir ini juga dikatakan panjang apabila panjangnya lebih besar 3 kali lebarnya.






2.      Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya dan biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal  ukuran agrerat rata-rata kepipihan berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton aspal karena agregat ini cenderung berkedudukan pada bidang rata, sehingga terdapat rongga udara dibawahnya.




3.      Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil, agregat bulat mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal ini berarti butir pipih mempunyai rasio luas permukaan volume kecil. Butir bulat ini biasanya berbentuk bulat penuh atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil, kerikil yang berasal dari sungai atau pantai.




4.      Butir bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak tajam. Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik, sehingga mempunyai daya lekat yang lebih baik pula dan butiran bersudut ini mempunyai rongga berkisaran 30 – 40 %. Butiran bersudut biasa diperoleh dari batu pecah.







5.      Butir tidak beraturan
Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya memang tidak beraturan sebagian terjadi karena pengerasan dan mempunyai sisi atau tepi yang berat. Yang termasuk jenis ini adalah kerikil sungai, kerikil darat yang berasal dari lahar gunung berapi.




6.      Butir panjang dan pipih
Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar dari semua tebalnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Umumnya butiran ini berjumlah kecil dari 15 % saja, karena akan berpengaruh terhadap daya tahan atas keawetan beton aspal.

A.   Tujuan Percobaan
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk / kepipihan agregat yang akan dipakai sebagai campuran aspal.

B.   Alat – alat
-       Jangka Sorong
-       Pan
C.   Bahan
Agregat Kasar

D.   Prosedur Percobaan
-       Ambil benda uji sebanyak kurang lebih 1 Kg yang telah dikeringkan dalam oven (A).
-       Ukur panjang (P), Lebar (L), Tebal (T) dari masing – masing butiran agregat, lalu masukkan didalam klasifikasinya.
-       Timbang agregat yang berbentuk panjang (B) dan berbentuk pipih (C).
-       Hitung prosentase butiran agregat yang tergolong panjang dan pipih.
E.    Perhitungan
X 100%
 
B + C
A
 
Prosentase Butiran           =

      Prosentase yang diijinkan maksimum 20%
F.    Data Hasil Pengamatan

Terlampir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERCOBAAN SOUNDNESS TEST

Percobaaan Soundness Test http://sejutailmuteknik.blogspot.co.id/2016/04/percobaan-agregat-kasar.html Diketahui bahwa agregat-agregat pada campuran beton mempunyai kelebihan dan kekurangan dengan berbagai alasan dan faktor tertentu. Penyebab terbesar terjadinya kerusakan pada beton yaitu dikarnakan pada keadaan cuaca/iklim. Dimana beton terkadang terkena sinar matahari dan tekadang terkena air hujan. Untuk mengatasi atau untuk mengetahui berbagai macan kerusakan yang di akibatkan cuaca maka dilakukan beberapa mekanis percobaan. Terjadinya keausan atau pelapukan yang terjadi pada beton. A.    Maksud Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui keausan / pelapukan agregat akibat pengaruh iklim / cuaca. B.    Peralatan 1.     Beaker Glass 2.     Timbangan 3.     Natrium Sulfat / Magnesium Sulfat 4.     Oven 5.     Saringan 3/8” dan No.50 6.     Desikator C.    Prosedur Percobaan 1.     Persiapan larutan garam sulfat. 2.     Siapkan larutan jenuh garam natrium sul

MAKALAH AMDAL "EKOLOGI DALAM AMDAL"

  “EKOLOGI DALAM AMDAL” OLEH: ASRULLAH 13.023.22.201.064 PRODI SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari mata kuliah AMDAL Makalah ini membahas tentang “DAMPAK EKOLOGI DALAM AMDAL”, semoga dengan makalah yang kami susun ini kita dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih Penulis 17 Januari 2015 A.     Pengertian Eko